Cintakah kepadaNYA? BERQURBANLAH... |
Monday, 24 November 2008 | |||
Dengan limpahan cinta Allah, anugerah rejeki dan kejayaan di dunia maupun akhirat menjadi suatu keniscayaan. Seperti terlukis dalam metafora berikut ini. Syahdan, suatu sore seorang nyonya bermaksud memampirkan tiga pengelana ke rumahnya. Ketiganya tampak sedang kelelahan di tengah perjalanan jauh, sehingga wanita ini iba dan mengundang mereka untuk makan bersama dengan keluarganya. Di halaman rumah, ketiga pengembara memprkenalkan diri. “Saya Wealth, dia bernama Succes, dan teman saya yang satu lagi ini bernama Love,” kata seorang diantaranya sambil dengan santun menambahkan, “Maaf kami tidak dapat sama-sama masuk ke dalam rumah. Silahkan Anda pilih, siapa diantara kami yang Anda undang lebih dulu?” Kemudian si wanita masuk ke dalam rumah dan menceritakan kejadiannya pada sang suami. Mendengar itu, suami spontan berkata, “Sudah jelas bagi kita untuk mengundang Wealth. Dengan kekayaan kita dapat memiliki dunia ini.” Tapi sang istri lebih sreg memilih Succes untuk menikmati kehidupan di dunia ini. Tiba-tiba, anak mereka nimbrung, “Mengapa kita tidak memilih Love saja, sehingga kita bisa saling mengasihi dan menciptakan kedamaian dalam kehidupan kita.” Ya, akhirnya mereka sepakat mengundang Love. Sang isteri kemudian menyampaikan keputusan keluarga kepada para tamu. Maka, masuklah Love ke dalam rumah. Namun, langkahnya ternyata diikuti kedua temannya. Maka, bertanyalah kedua wanita itu, “kami mengundang Love dulu, mengapa kalian berdua juga turut masuk? Bukankah kalian sendiri berkata bahwa kalian tidak dapat masuk bersama-sama ke dalam rumah?” Salah satu dari tiga tamu menjelaskan, “Benar, jika kalian mengundang saya, Wealth, atau teman saya, Success, dua orang dari kami akan tetap tinggal di luar. Tapi karena Anda mengundang Love, maka kami berdua selayaknya ikut ke dalam. Sebab, kemana pun Love pergi, kami senantiasa mengikutinya. Where ever there is love, there is also wealth and Success. Rasulullah saw pun mengajarkan do’a: “Aku memohon cinta-Mu, serta cinta perbuatan yang mampu mendekatkanpada cinta-Mu.” (HR Turmudzi dari Mu’adz bin Jabbal). Ibadah kurban adalah salah satu bentuk “PDKT” (taqarrub) kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman-Nya dalam Surah Al-Kautsar ayat 1-3: “Sungguh kami telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak. Maka, dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sungguh orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” Kata Qurban berasal dari bahasa Arab, yang artinya “dekat”. Nabi saw mengingatkan: ”Siapa yang mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk berkurban, tapi tak mau berkurban, jangan mendekati Musholla kami.” Jelas, bukan darah dan daging kurban itu yang sampai kepada-Nya, melainkan ketakwaan yang berkurban. Mengutip Imam Nawawi, takwa adalah “Menaati perintah dan larangan-Nya”. Atau dalam bahasa Imam al-Jurjani, “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.” Lalu, seperti Tanya Zaid bin Arqam,” Apa yang kita peroleh dari berkurban?” Rasulullah saw menjelaskan, “sungguh pada setiap bulu yang menempel di kulitnya terdapat kebaikan.” Wallahu A’lam. |
0 komentar:
»» Lihat / Tutup Komentar
Posting Komentar